Selasa, 22 Oktober 2013

Pandangan Pertama

                Terkadang hal yang tidak di inginkan justru biasanya terjadi. Tidak tahu kenapa seperti itu, seperti hukum alam saja. Ada banyak sekali hukum alam di kehidupan ini, mereka seperti boomerang yang akan selalu siap kembali kepada si pelempar. Untuk itu kita harus berhati-hati dalam menjalani kehidupan. Memang tidak mudah, tapi tidak sesulit yang kita kira jika kita tahu kuncinya, ‘menaati semua perintahNya dan menjauhi laranganNya’. Mungkin itu dapat membantu.

                Jatuh cinta. Bisa dikatakan ini adalah sebuah anugerah yang luar biasa dan juga termasuk bagian hukum alam, dimana seseorang merasakan getaran atau sengatan kepada lawan jenisnya yang tidak akan kau sangka dan tidak dapat kau kendalikan. Mendengarnya saja sudah membuatku bergidik, haah seperti baru mendengarnya saja.

Karena kita tahu bahwa kekuatannya melebihi dari apa pun, seperti sihir yang mematikan yang tidak ada penawarnya. Jatuh cinta juga sangat lucu, ia datang sesuka hatimu tanpa permisi, tak kenal malam atau siang, latar belakang pendidikan, jenis kulit, ukuran tubuh, harta atau kekayaan, dan semuanya. Tak peduli sedang apa kau sekarang, lagi dimana, ia akan tetap datang seperti panah yang melesat ke jantungmu, yang membuat jantungmu berdegup kencang, aliran darah mengalir cepat, kau berkata salah, bertingkah salah saat didekatnya. Untuk itu mengapa bisa dikatakan anugerah, karena ia tidak akan menghampiri ke semua insan, hanya insan yang dijinkan saja dalam mabuk asmara.

                Falling in love at the first sight. Jatuh cinta pada pandangan pertama. Ini adalah sihir terkuat dari segala jenis cinta. Sengatan dan daya alirannya sangat kuat, bahkan kau akan dibuat bingung olehnya karena sangat sulit dikendalikan. Dimana mungkin kau belum mengenalnya namun kau sudah bisa merasakan perbedaan dengan lawan jenis disekelilingnya. ‘Kau di antara milyaran insan, namun kau begitu memukau’. Agak berlebihan mungkin, tapi jika kau pernah mengalaminya mungkin kau akan berpendapat sama.

                Tak terasa sudah dua tahun lamanya dari peristiwa itu, aku bahkan tak akan melupakannya, atau lebih tepat tidak bisa melupakannya meski mencoba. Hari ini rencananya ingin ke kampus untuk menyelesaikan tugas akhirku, rasanya sangat malas. Tapi aku harus tetap semangat karena hanya ini jalan satu-satunya bisa bertemu dengannya.
“Gw udah di jalan kok, sabar ya bentar lagi sampai nih, abangnya ngetem mulu ngejar setoran fufufu”. Ketikku cepat dalam pesan instan kepada salah seorang temanku.
Akhirnya gerbang kampus pun terlihat dari kejauhan yang tandanya sebentar lagi aku harus turun dengan semangat.
“Kampus bang!” teriakku kepada supir angkot.
Dari kejauhan sudah bisa kulihat teman-temanku saling berkumpul dan bercengkrama. Termasuk dia. Sudah sangat lama aku mengenalnya namun setiap bertemu dengannya terasa seperti pertama kali. Jika sudah lulus nanti aku tidak tahu bagaimana caranya bisa bertemu dengannya lagi, gak mungkin kan ke kampus lagi hahaha. Membayangkannya saja sudah membuatku sedih.
“Halooooooo! Maaf lama yaaa hehehe. Oh ya udah pada nemuin DP (dosen pembimbing)?”. Tanyaku.
“Belom ini nungguin lo lama beneeeer.” Katanya dengan nada agak kesal bercanda. Oke sebut saja dia dengan si X agar mudah dibaca tapi tidak bisa menyebutkan nama ya takut ada pihak yang dirugikan.

Setelah menemui DP masing-masing, kita pun pergi berpencar. Saat-saat yang tidak bisa kuduga pun terjadi. Oh ya hampir lupa belum memperkenalkan diri, nama saya Diana (pakai nama asli biar mudah saja hehe..).
“Di, ajarin gw dong kok kayaknya karya gw susah banget di accnya sama tuh dosen, sambil makan aja deh. Lo belom makan kan?” Ajak si X.
“WHAT?!!!! Dia ngajak makan?!”. Aku berperang dalam hati sendiri bingung untuk menolak atau menerima. Ini hal yang sangat langka. Tapi aku juga gak mau terlihat gampangan. Tapi kapan lagi kalau nanti sudah lulus benar-benar gak akan ketemu lagi gimana?! Haduh sangat-sangaaat membingungkaaaan -____-
“Hah?! Oh ya boleh-boleh deh, lo yang traktir ya hahaha..” Akhirnya dengan terbata-bata aku pun menerimanya. Dengan pertimbangan bisa jadi ini terakhir kalinya bisa makan bareng. Haduuuh
Sesampainya kita di sebuah cafe yang letaknya tidak jauh dari kampus, ia pun memilih tempat duduk yang lumayan indah pemandangannya. So sweeeeeet... Dalam hati aku jadi bertanya-tanya lagi, kenapa dia ngajak aku kesini? Aku jadi gelisah, tapi sebelum tahu nikmatin aja dulu deh hehehe..

Topik pembicaraan pertama kita yang jelas tentang karya ilmiah yang dia buat. Ternyata memang hal yang sulit akan terasa mudah jika dilakukan bersama. Kita pun bercanda, makan, jail-jailan, belum pernah aku merasa sangat lepas. Semoga ini baru permulaan dan bukan akhir ya.
Tiba-tiba handphonenya berdering. Ia pun langsung mengangkatnya. Dan tiba-tiba ia mengatakatan kata yang membuat jantungku berhenti bertedak.
“— iya sayaaang, ini lagi ngerjain tugas dulu, nanti aku kesana” dan bla bla bla...

Seperti segerumbul ribuan atau puluh ribuan balon kenangan di lepaskan ke angkasa, atau mungkin di gunting talinya. Seperti itulah perasaanku saat ini, seketika aku sesak napas dan kepala ku agak pusing. Aku pun secara spontan mengelus dada, memastikan kehancurannya tidak terlihat olehnya.

Aku tak mengerti, apa yang kurasa
Rindu yang tak pernah begitu hebatnya
Aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
Meski kau takkan pernah tau

Aku persembahkan hidupku untukmu
Telah ku relakan, hatiku padamu
Namun kau masih bisu, diam seribu bahasa
Dan hati kecilku bicara

Reff :
Baru kusadari cintaku bertepuk sebelah tangan
Kau buat remuk sluruh hatiku

Semoga aku akan memahami sisi hatimu yang beku
Semoga akan datang keajaiban hingga kaupun mau

Aku mencintaimu lebih dari yang kau tau
Meski kau takkan pernah tau

                                                                {Dewa 19 – Pupus}              

“Cieee pacar lo ya? Haha yaudah yuk udahan lo udah ditunggu kan?” mencoba mencairkan suasana hatiku sendiri. Benar-benar gak efektif ternyata, suaraku bergetar oleh sesaknya dadaku.
“Hahahaha, yaudah thanks ya di.” Sambil berlalu ia mengelus-elus kepalaku.
Seketika bendungan air mataku hampir meledak, gak seharusnya dia mengelus kepalaku disaat tidak tepat seperti ini. Rasanya seperti butiran debu yang siap berhamburan oleh terpaan angin selembut apa pun.

                Selama perjalanan aku masih berharap bahwa tadi hanya mimpi buruk saja, pandanganku kosong berkelana mencari titik terang, bahkan aku tidak merasakan panasnya matahari yang menyengat di punggungku, menurutku hatiku lebih panas dari apapun saat ini. Sesampainya di rumah pun aku tidak berselera makan, padahal ibuku sudah memasakan makanan kesukaanku. Pandanganku jadi kelabu, aku hampir lupa dengan tugas akhirku. Sampai akhirnya ibuku memegang tanganku yang sudah dingin karena keringat, dan dahiku panas mungkin karena aku berusaha berpikir keras.
“Kamu sakit kak?” tanya ibuku khawatir.
“Iya nih, aku tidur dulu deh.” Akhirnya ada alasan untuk tidak keluar kamar, memenjarakan diriku, menyembunyikan kekalutanku pada semua orang.

                Aku memandang langit-langit kamarku, sepertinya tidak ada yang berubah, tapi sudah beberapa jam berlalu aku masih bisa merasakan sesaknya dadaku akibat kejadian tadi. Aku mengingat kembali semua kenanganku dengannya. Sesuatu yang tak akan mudah kulupakan. Sangat berbekas.
Saat pertama aku melihatnya masuk ke kelas, aku sudah tahu aku menyukainya.

Kurasa ku tlah jatuh cinta
Pada pandangan yang pertama
Sulit bagiku untuk bisa
Berhenti mengagumi dirinya

Oh Tuhan tolonglah diriku

‘Tuk membuat dia menjadi milikku
Sayangku (oh) kasihku oh cintaku
(S)he’s all that I need…

{RAN – Pandangan Pertama}

Baru kali ini aku merasakan cinta yang seperti sebenarnya, seperti kata orang, saat kau senang kau mengingatnya, saat sedih pun kau mengingatnya. Kau sulit berpikir saat berada di dekatnya, kau tidak tahu harus berbuat apa saat bersamanya, saat ia bertanya kau bingung harus menjawab bagaimana, saat dia membutuhkanmu kau seperti tidak mempunyai kekuatan untuk menolaknya, seperti menjadi lemah saat di depannya yang justru kau harus menunjukkan power kita, kau sangat tidak beradaya saat bersamanya. Memang cinta sudah melumpuhkan logika kita.

Bibirku membeku tak mampu ku mengucap kata
Saat ku tatap wajahmu
Oh mungkinkah cinta yang buatku mati gaya
Oh diriku salah tingkah

Ku terjebak ke dalam senyummu
Begitu mempesona Baru kali ini ku rasa
Ku berdebar tak tahu kini harus berbuat apa
Aku tak berdaya sekejap saja
Ku mabuk oh ku mabuk asmara

{RAN – Salah Tingkah}

Terlalu banyak kenangan yang sangat manis untuk dimusnahkan. Seperti saat dikelas tiba-tiba tak sadar diri aku tertidur di pundaknya, sampai semua orang dikelas sengaja meninggalkanku berdua. Dia bahkan sengaja tidak bergerak agar tidak mengganggu tidurku, sampai akhirnya sadar bahwa hawanya aneh, tiba-tiba jantungku berdegup kencang lagi. Akhirnya aku tersadar berada di pundaknya dan terbangun sambil mengingat momen ini dlam-dalam. Mr. X membuat sebuah bill dengan bertulisan ‘nyewa pundak Rp 1.000.000’ aku hanya tersenyum dan mengambil bill itu lalu aku menciumnya dan menempelkan kertasnya tepat di pipinya. Ia pun hanya tertawa.
                Waktu itu aku juga ingat saat aku harus mencari bahan penelitian bersamanya, kita pun naik kereta bersama. Jujur saja itu pertama kalinya aku naik kereta antar kota, karena hari itu adalah hari Senin maka kereta itu pun sangat sesak oleh beragam orang. Aku pun hampir terpisah oleh Mr. X karena terlalu sesaknya manusia memadati kereta api. Dia melihatku terhimpit di antara bapak-bapak dan ibu-ibu sehingga aku tidak bisa bergerak, ia pun dengan kuat menarik lenganku dan memposisikan aku tepat di depannya, seketika kita pun beradu pandang.

Oh kasihku kau membuat cintaJatuh dari mata dan turun ke hatiTawamu buat aku tersenyum lagiOh kasihku kau membuat duniaIndah dijalani kuyakini hatiKau paling berarti
Hanya kamu satu-satunya yang adaDihati andai saja kita berdua ber-Sama selamanya dan kau datangMembawakan cinta yang tlahLama kunanti
{HiVi! - Mata Ke Hati}
                Semua memang terasa indah yah, tapi sekarang semua hanyalah tinggal kenangan. Aku gak tahu harus bagaimana lagi, mungkin memang bukan takdir yang menyatukan kita. Seandainya saja ia tahu mungkin juga tidak akan merubah keputusannya.
Aku gak tahu apakah yang aku alamin ini juga disebut anugerah? Mungkin selama dua tahun itu dinamakan anugerah, namun aku tidak bisa memberi judul setelahnya, bahkan aku masih tidak bisa percaya ini terjadi. Aku bahkan harus tetap bertanggung jawab atas suatu hal yang tidak bisa kukendalikan. Mungkin untuk cerita lain pandangan pertama disebut dengan anugerah, namun pengecualian bagiku, ini bisa disebut malapetaka.

If tomorrow never comes
Will (he) know how much I loved (him)
Did I try in every way to show (him) every day
That (he)'s my only one
And if my time on earth were through
And (he) must face this world without me
Is the love I gave (him) in the past
Gonna be enough to last
If tomorrow never comes

So tell that someone that you love
Just what you're thinking of
If tomorrow never comes

{Garth Brooks / Ronan Keating -  If Tomorrow Never Comes}

                                                                                                                                                          

Tidak ada komentar:

Posting Komentar